Moment Berhenti Sejenak |
Adakah manfaat dari sebuah erasaan jenuh?
Mari sejenak telusuri hati kita. Sapalah ia, tanyakan bagaiman kondisinya. Mungkin kini ia tengah mengalami kejenuhan. Mungkin bara semangatnya tengah meredup dan kian meredup dari hari ke harinya. Tanyakan padanya, apa yang ia inginkan dari kita? Mungkin kita telah membengkalaikan haknya sebagai hati yang memerlukan sentuhan pula. Mungkin selama ini kita jarang menyelaminya, memahami dan memenuhi haknya secara layak. Kita teramat sibuknya dengan aktifitas dan rutinitas fisik hingga kan lupa pada hati kita yang bisa jua jenuh dan sakit.
Jenuh dan bosan adalah rekan yang saat menyapa hati, akan kita usahakan untuk mereduksinya, bahkan mengusirnya jauh-jauh. Tapi, justru disitulah manfaat yang muncul darinya. Kejenuhan mendorong kita untuk berhenti sejenak. Berhenti sejenak, kata Anis Matta dalam bukunya Menikmati Demokrasi (2010) adalah suatu keniscayaan siapa saja, termasuk para pelaku dakwah, bisnis, pemerintah, dll.
Berhenti sejenak memberikan kita space waktu untuk mengatur ulang segala sesuatunya. Berhenti sejenak memberikan kita ruang untuk memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan, penyeimbangan, dan merecharge kembali energi hati kita. Supaya apa? Semua itu dimaksudkan untuk menguatkan kembali hati yang mengendor. Merekatkan kembali hati yang sempat terpecah. Agar kita yang baru lahir ke dunia. Diri yang penuh ghirah yang membara. Diri yang segar dan siap menghadapi tantangan yang jauh lebih besar.
Sungguh selayaknya kita bersyukur telah diberikan rasa jenuh dihati ini.
Maka, apapun aktivitasmu, manakala kejenuhan mendera, berhentilah barang sejenak. Rasul dan sahabat pun berhenti sejenak dalam rotasi kehidupan mereka. Berhenti mereka itu dinamakan majelis iman. "Duduklah bersama kami, biar kita beriman sejenak.
Berhenti sejenak dibutuhkan pada tataran individu dan jamaah. Individu, dengan penghentian sejenaknya akan merenungi, menghayati dan menyelami telaga akal untuk menemukan gagasan baru yang kreatif dan lebih matang. Nah, dari penghentian individu ini akan muncul semangat yang selanjutnya ditularkan ke dalam majelis iman jamaah dan menjadikannya sebagai semangat kolektif.
Perlu kita garis bawahi, berhenti sejenak berbeda dengan diam. Diam adalah aktivitas pasif tak menentu. Sedangkan berhenti sejenak adalah momen rehat sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan ke depan yang jauh lebih keras dan curam. Itulah mengapa Rasul menganjurkan I'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Dari aktivitas ini kita akan di tuntun untuk lebih menyelami diri dan hati kita. Kita diberi kesempatan untuk menginsafi dan memuhasabahi diri akan semua hal yang telah kita lalui. Kitapun diajak untuk berdialog lebih dekat kepada sang Haq, Allah SWT, Pemilik jiwa dan raga ini.
Betapa luar biasanya Allah. Dari rasa jenuh, Ia tuntun kita untuk mendapatkan momen berhenti sejenak. Yang darinya Allah refreshkan niat, komitmen, motivasi, semangat, dan hakikat orientasi hidup kita. Berhenti sejenak adalah titik tolak, tungku pembakar yang akan menempa dan melahirkan kita yang baru. Kita yang lebih kuat (qowiy) dan semangat.
Selamat berhenti sejenak...
Berhenti sejenak adalah titik tolak, tungku pembakar yang akan menempa dan melahirkan kita yang baru. Kita yang lebih kuat (qowiy) dan semangat.
ReplyDelete*alhamdulillah kmaren dberi momen utk rehat sejenak dg memenuhi hak keluarga (yg smoga mjdi bag.dr ibadah jg) dan memang mjadi charge baru utk mjadikan diri ini lebih semangat ^_^
*syukron for share artkelnya ya..
sebelum baca ini, dah kepikiran utk upload tulisan baru di blog mba dg judul yg mirip..
soulmate bangettt ya..he he he
Cepat amat komentarnya... hehehe...
ReplyDeleteIya, sengaja upload artikel ini karena yg namanya jenuh sering kali hadir dalam hidup kita..
Semoga bermanfaat buat yg upload dan yg baca artikelnya..
*Syukron Dakwatuna.com ^^