Sedikit tentangku

Wednesday 22 February 2012

Seteguk Nikmat Ukhuwah...

Nikmat Perjalanan Ukhuwah
"Engkau jiwa yang baik yang sedang bersedih, tetapi tetap setia memikirkan hanya yang baik dan melakukan hanya yang baik. Apalagi rencana Allah SWT selain ingin memuliakanmu?.."
Sebait kata penyemangat untukmu saat itu yang sedang ingin sendiri dan hanya ingin denganNya. Belum hilang dari ingatanku kata-kata dalam pesan singkatmu, bahwa kau ingin bermuhasabah, yang aku fikir kata-kata itu memberitahuku bahwasanya dirimu tak ingin di ganggu dan yang aku tau saat itu kau hanya ingin bersamaNya.
Entah problem apa yang sedang kau hadapi kala itu, hingga isi pesan singkatmu sedikit membuatku terkejut, tapi aku cukup mengerti kondisimu yang mengharuskanku kembali menyimpan kerinduan ini karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bisa bersamamu diluar waktu liqo, padahal banyak hal yang ingin aku diskusikan bersamamu, diam-diam aku masih ingin mencuri ilmu mu, tapi lagi-lagi aku harus menyimpan semuanya, dan harus menunggu hingga kau kembali mau berbagi denganku. 
Lalu selang beberapa jam kemudian, kau kembali mengirimiku pesan singkat yang isinya kembali membuatku terkejut dan saat itu aku merasa mundur ke beberapa tahun sebelumnya, dimana dirinya meninggalkanku.
"De, Insya Allah mba akan membersamai liqo kalian 1 bulan lagi..... " Rasa kaget yang belum hilang setelah membaca pesan singkat yang pertama tadi kini kau kembali mengirimkan pesan singkat yang berisi seperti itu. Sejujurnya aku masih ingin bersamamu, masih ingin merajut cinta dalam dakwah, meski sampai saat ini belum ada sumbangsih apa-apa yg bisa aku berikan di jalan cinta para pejuang ini, masih ingin berbagi denganmu, belajar mencintai alam dengan berbagai aktifitas bersamamu juga bersama teman-teman. Usia kebersamaan kita belumlah cukup untuk bisa menjadikan diriku pribadi yang kuat. Baru seteguk nikmat ukhuwa itu bisa aku rasakan lagi, kini kembali aku harus merasa kehausan tanpamu. meski aku tau akan ada pengganti dirimu, tapi apakah sama seperti saat kau membersamai kami?
Aku tau, ini adalah proses pendewasaan diri karena yang namanya pertemua dan perpisahan cepat atau pun lambat akan menghampiri setiap insan. Kesiapan untuk ditinggal olehmu, itulah yang aku butuhkan dan itulah yang sedang aku usahakan saat ini, pesan singkatmu itu hanya aku jawab dengan kata-kata yang menurutku tidak membuatmu merasa terbebani. Berpura-pura siap untuk ditinggal olehmu meski diri ini berontak ingin mengatakan "please don't go anywhere, please stay in here with me and help me to keep my iman" tapi kata-kata itu hanya mampu terucap dibalik bibir ini, sembari berusaha untuk tetap tegar di hadapanmu agar kau merasa lebih baik. Ingin rasanya kondisi ini cepat berlalu agar bisa kembali melukiskan cerita cinta tentang kita di lembaran kisah bersamamu yang tak kan pernah usang meski zaman telah berganti. "Cepatlah pulih dari problematikamu mba..." itulah yang aku ucapkan ketika kerinduan ini kembali membuncah...
Dan kini... 
Aku masih disini....
Menantimu....
Menantimu dengan senyum khas-mu...
Menantimu dengan sapaan hangat yang selalu menyapa hingga sapaannya sampai ke hati...
Menantimu dengan ghiroh juangmu menyambut hari...
Kapankah kau datang?
Kapankah aku bisa menyambutmu bersama dengan segala penantianku...
Sesungguhnya aku sangat merindukanmu,,
Wahai sosok teduh hati ku.... 


Hijri Sy


Thursday 2 February 2012

Mari Berhenti Sejenak

Moment Berhenti Sejenak
dakwatuna.com - Suatu pekerjaan, sekecil apapun itu, manakala dikerjakan dalam sebuah ritme rutinitas maka akan memungkinkan munculnya kejenuhan. Ya, jenuh. Jenuh adalah sebuah rasa yang fitrah menghinggapi hati kita manuasia. Allah tidak mungkin begitu saja menciptakan dan meniupkan rasa itu pada diri kita tanpa sebuah tujuan. 
Adakah manfaat dari sebuah erasaan jenuh?
Mari sejenak telusuri hati kita. Sapalah ia, tanyakan bagaiman kondisinya. Mungkin kini ia tengah mengalami kejenuhan. Mungkin bara semangatnya tengah meredup dan kian meredup dari hari ke harinya. Tanyakan padanya, apa yang ia inginkan dari kita? Mungkin kita telah membengkalaikan haknya sebagai hati yang memerlukan sentuhan pula. Mungkin selama ini kita jarang menyelaminya, memahami dan memenuhi haknya secara layak. Kita teramat sibuknya dengan aktifitas dan rutinitas fisik hingga kan lupa pada hati kita yang bisa jua jenuh dan sakit.
Jenuh dan bosan adalah rekan yang saat menyapa hati, akan kita usahakan untuk mereduksinya, bahkan mengusirnya jauh-jauh. Tapi, justru disitulah manfaat yang muncul darinya. Kejenuhan mendorong kita untuk berhenti sejenak. Berhenti sejenak, kata Anis Matta dalam bukunya Menikmati Demokrasi (2010) adalah suatu keniscayaan siapa saja, termasuk para pelaku dakwah, bisnis, pemerintah, dll.
Berhenti sejenak memberikan kita space waktu untuk mengatur ulang segala sesuatunya. Berhenti sejenak memberikan kita ruang untuk memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan, penyeimbangan, dan merecharge kembali energi hati kita. Supaya apa? Semua itu dimaksudkan untuk menguatkan kembali hati yang mengendor. Merekatkan kembali hati yang sempat terpecah. Agar kita yang baru lahir ke dunia. Diri yang penuh ghirah yang membara. Diri yang segar dan siap menghadapi tantangan yang jauh lebih besar.
Sungguh selayaknya kita bersyukur telah diberikan rasa jenuh dihati ini.
Maka, apapun aktivitasmu, manakala kejenuhan mendera, berhentilah barang sejenak. Rasul dan sahabat pun berhenti sejenak dalam rotasi kehidupan mereka. Berhenti mereka itu dinamakan majelis iman. "Duduklah bersama kami, biar kita beriman sejenak.
Berhenti sejenak dibutuhkan pada tataran individu dan jamaah. Individu, dengan penghentian sejenaknya akan merenungi, menghayati dan menyelami telaga akal untuk menemukan gagasan baru yang kreatif dan lebih matang. Nah, dari penghentian individu ini akan muncul semangat yang selanjutnya ditularkan ke dalam majelis iman jamaah dan menjadikannya sebagai semangat kolektif. 
Perlu kita garis bawahi, berhenti sejenak berbeda dengan diam. Diam adalah aktivitas pasif tak menentu. Sedangkan berhenti sejenak adalah momen rehat sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan ke depan yang jauh lebih keras dan curam. Itulah mengapa Rasul menganjurkan I'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Dari aktivitas ini kita akan di tuntun untuk lebih menyelami diri dan hati kita. Kita diberi kesempatan untuk menginsafi dan memuhasabahi diri akan semua hal yang telah kita lalui. Kitapun diajak untuk berdialog lebih dekat kepada sang Haq, Allah SWT, Pemilik jiwa dan raga ini.
Betapa luar biasanya Allah. Dari rasa jenuh, Ia tuntun kita untuk mendapatkan momen berhenti sejenak. Yang darinya Allah refreshkan niat, komitmen, motivasi, semangat, dan hakikat orientasi hidup kita. Berhenti sejenak adalah titik tolak, tungku pembakar yang akan menempa dan melahirkan kita yang baru. Kita yang lebih kuat (qowiy) dan semangat.
Selamat berhenti sejenak...