Sedikit tentangku

Saturday 22 December 2012

Selamat Hari Ibu... Love you so much Mom.. ^_^

Aku tak pernah tau seberapa beratnya bebanmu saat ku masih berada dalam rahim mu
Aku juga tak pernah tau seberapa sakitnya saat kau berusaha menghadirkanku ke dunia ini
Dan aku juga tak tau seberapa sulitnya engkau mendidik dan membesarkanku hingga kini
Bahkan aku tak pernah tau setiap ucap yg terkadang menyakitimu selama ini
Ibu...
Kini ku telah dewasa,
Ku bukan lagi anak kecil yang menggemaskan,
Bukan pula aku yang banyak bertanya tentang kehidupan yang dulunya tak ku pahami
Aku bukan lagi seorang anak yang merengek-rengek saat minta di belikan mainan
Bukan pula aku yang selalu ingin kau buat cantik saat berangkat sekolah
Ibu...
Kini ku telah dewasa,
Dengan segala kasih sayang dan Ilmu yang kau berikan
Dengan segala cinta yang kau curahkan untuk ku
Hingga ku ada disini,
Ibu...
Kini ku telah dewasa,
Tapi masih saja aku sering menyusahkanmu
Masih saja belum bisa bahagiakanmu
Bahkan untuk membalas semua jasamu aku tak mampu
Ibu...
Maaf kan untuk segala khilafku
Maaf kan atas segala kata yang sering menyakitimu
Ibu...
Dengan apa aku bisa membalas semua jasamu?
Dengan apa aku bisa membayar semua pengorbananmu?
Rasanya tak ada yang bisa membalasnya kecuali Allah..
Maka Untukmu Ibu..
Ku lantunkan senandung doa pada Sang Rabb
Ya Allah,,,
Anugerahkanlah kesehatan dan umur yang panjang untuk Ibuku
Limpahkan lah kasih sayang Mu pada Ibu sebagaimana beliau melimpahkan kasih sayangnya pada kami
Ampunilah dosa - dosanya dan lindungilah dimanapun ia berada
Karunikanlah nikmat Iman dan Islam dalam diri Ibu, agar ia senantiasa mengingat dan cinta Pada Mu
Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa
Dan hari ini ku ucapkan untuk mu wahai bidadariku...
"Selamat hari ibu untukmu juga untuk semua Ibu di dunia ini, Semoga Allah senantiasa menaungi cintaNya untukmu Ibu"


Friday 7 December 2012

Ketika Lelah Mulai Menyapa..

Lelah,
Hanya kata itu yang terlontar ketika semua terasa berat,
Hanya kata itu yang terucap ketika semua terasa sulit,
Lelah,
Entah kapan terakhir kali ia menyapaku,
Dan kini ia kembali hadir dan mulai menampakkan dirinya tepat dihadapanku,
Ingin rasanya tidak melihat hadirnya lelah itu
Ingin rasanya tidak mengenal sosok lelah itu
Lelah,
Kenapa dia harus hadir di kala semua butuh untuk diselesaikan?
Kenapa dia harus hadir di saat Allah sedang meletakkan amanah besar di pundak ini?
Kenapa dia harus hadir di saat yang sangat tidak tepat?
Ataukah diri ini yang terlalu lemah sehingga tak mampu menghindarinya?
Ataukah lelah itu memang ingin bersilaturahim?
Atau ia hanya sekedar datang dan memintaku sedikit menyisahkan waktu agar lebih dekat denganNya, untuk bisa berdua denganNya
Hmm... Entah apa maksud kehadirannya...
Lelah,
Jika itu sebuah pertanyaan, Maka jawabnya adalah "istirahat"
Jika lelah itu menyapa fisik, "istirahat" mungkin menjadi jawaban yang tepat,
Jika lelah itu menyapa fikiran, maka "bergeraklah" jawabannya,
Bergerak mengaplikasikan segala kebaikan yang selama ini hanya bertengger dalam fikiran.
Lalu, jika yang lelah itu adalah hati? apa yang menjadi jawabannya? dan apa sebenarnya yang menjadikan hati itu lelah? apakah hati bekerja seperti bekerjanya fisik? atau ia seperti fikiran yang lelah untuk menghadirkan berbagai ide dan solusi untuk meyeimbangkan kerja fisik? hati yang lelah mungkin disebabkan karena fisik dan fikiran yang juga merasakan lelah..
Namun, terlepas dari semua itu, hati tetap butuh istirahat, bagaimana caranya?,
ketika fisik, fikiran dan hati mulai merasakan lelah, maka cobalah untuk sedikit berisitrahat.. berikan hak bagi tubuh, fikiran dan juga hati untuk beristirahat sesuai dengan porsinya masing-masing.
untuk fisik dan fikiran mungkin semua pembaca tau bagaimana menghadapinya. Tetapi ketika hati disapa oleh sosok lelah, maka berdua denganNya lah yang tepat dilakukan untuk sedikit mengurangi rasa lelah itu, terlepas dari apapun penyebabnya. Karena Dialah yang maha membolak-balikkan hati, Dia yang menggenggam hati - hati kita, maka hanya dengan mengingatNya hatipun menjadi tenang,. Sebenarnya simple sekali jawabannya.. tapi terkadang kita di buat sulit untuk memaknainya sehingga sulit bagi kita untuk bisa menyelesaikannya. Sedikit ungkapan mungkin untuk tulisan kali ini,
Lelah...
Ia muncul sesuka hati, mempengaruhi diri...
Ia bagaikan air yang begitu cepat mengaliri ke seluruh tubuh hingga ke hati
Ia bagaikan virus yang bisa merusak segala komponen dalam diri
Lelah...
Siapa yang bisa menghindarinya ketika ia mulai menyapa?
Siapa yang bisa mengusirnya ketika ia mulai hadir?
Siapa yang bisa melawannya ketika ia mulai memasuki ruang kita?
Siapa lagi kalau bukan diri kita sendiri?
Dan ketika lelah pun mulai menyapa...
Mulai tampak di raut wajah...
Mulai merasuki raga...
Dan sebagai hamba Allah, tak patutlah kita menyerah...
Tapi kita bisa mencegah atau pun mengobati...
Jika....
Lelah fisik yang menyapa
Beristirahatlah
Jika...
Lelah fikiran yang menyapa
Bergeraklah
Jika
Lelah Hati yang menyapa
Kembali lah PadaNya
Kembalilah pada Sang Pemilik hati...
Biarkan Dia yang mengobati...
Karena Dia Maha Memiliki....
===============================================================
HambaMu yang mulai disapa oleh hadirnya lelah...

Saturday 1 December 2012

Untukmu Palestinaku...

Masjidil Aqso'
Palestina, tanah tanpa negara.. katanya..
berpuluh-puluh tahun sudah mereka hidup dalam kecaman Israel laknatullah, berkali-kali sudah mereka harus kehilangan orang-orang terkasih karena syahid di tanah mereka sendiri, jatuh bangun sudah mereka membangun negaranya, dan tertatih mereka mempertahankan apa yang menjadi haknya..
Palestina, Siapa bilang masyarakatnya bodoh? Siapa bilang masyarakatnya tidak sejahtera? dan siapa bilang mereka tidak bahagia?
Sekalipun rumah-rumah mereka hancur akibat hantaman rudal, sekalipun hembusan nafas mereka terhenti akibat serangan-serangan musuh laknatullah.. Mereka bahagia, bahkan kebahagiaan abadi yang mereka raih..
Palestinaku, lihatlah kami disini, dengarlah kami disini.. kami yang senantiasa selalu menghadirkan namamu dalam setiap rintihan doa pada sang Rabb.. ku yakin engkau merasakan ijabahnya doa-doa kami, karena kita satu tubuh,, kami rasakan apa yang kau rasa disana.. karena kita satu tubuh.. kau bagaikan tangan bagi tubuh kami, kau bagaikan kaki bagi tubuh kami, yang ketika satu anggota merasakan sakit, maka tidak sempurnalah tubuh kami, lagi-lagi karena kita satu tubuh..
Dan pada hari ini, kami kembali merasakan sakit pada tubuh kami.. tak terbendung air mata ini karena menahan rasa sakitnya, kami tau disana telah banyak darah-darah syuhadah yg mengalir mendahului raga mereka menuju surgaNya.. kami sedih engkau pun sedih tapi seketika itu kau bangkit dan bangkit lagi, karena yang kami dan engkau pun tau bahwa janji Allah itu pasti, yah janji Allah itu pasti... salah satu golden ways bagimu utk tetap bertahan di bumi Palestina
Palestinaku.. lihatlah kami disini, kami sedang berusaha mengumpulkan koin per koin untuk sedikit meringankan bebanmu, meski ku tau engkau bukanlah orang-orang yang suka meminta-minta, melainkan karena kita satu tubuh, yang juga ingin mengobati rasa sakit ini.. hanya dengan cara ini kami bisa membantumu selain lantunan doa kami untukmu wahai belahan jiwaku
Palestinaku, lihatlah.. lihat saudara-saudaramu yang dengan ringannya tangan-tangan mereka bergerak untuk memberikan sedikit apa yang menjadi hakmu.. lihatlah.. lihat tangan-tangan mungil itu, meski mereka tidak begitu mengerti, tidak begitu paham apa yang sedang terjadi padamu, hanya dengan keikhlasan dan ketulusan serta hati yang peka, merekapun tak mau ketinggalan untuk mejadi bagian dari antrian menuju surga Allah.. dan lihatlah ibu itu, dengan sesegera mungkin melepaskan segala harta yg melekat di tubuhnya untuk ia berikan padamu..
Lihatlah kami wahai saudaraku, lihatlah ketulusan kami, tidak bermaksud untuk riya' tetapi hanya ingin membuktikan bahwa kami ada untukmu, ingin membuktikan bahwa kau tidak sendiri menghadapai zionis-zionis laknatullah itu.. kami akan selalu ada untukmu wahai Palestinaku tercinta.. bersabarlah, bersabarlah dalam agama Allah.. ingatlah bahwa surga itu indah, dan buah dari kesabaranmu itu akan indah pada waktunya...
Dan ketika kesabaranmu senantiasa terjaga, imanmu yang senantiasa terupgrade, serta kokohnya jiwamu yg semakin kuat.. membuktikan bahwa Allah pun memenuhi janjiNya.. Ya.. Allah memenuhi janjiNya karena engkau memang pantas memperolehnya.. dunia mengakui keberadaanmu, meski kau telah ada jauh sebelum dunia ini mengakuimu.. kini mereka telah dapat melihat indahnya Palestinaku, mereka bisa merasakan kebenaran yang selama ini tersembunyi akibat kejahatan zionis israel dan antek-anteknya...
Kini kau menjadi negara yang merdeka, meski jauh sebelumnya kau telah merdeka.. hanya saja dunia yang terlalu fana ini, selalu menuntut bukti untuk semua keadilan yang harusnya kau dapati sedari dulu..
Sebait doa untukmu Palestinaku,,
Rabb...
Engkau ciptakan bumi indah ini dengan segala isinya,
Engkau ciptakan pula makhluk untuk menjadi khalifah di bumiMu
Engkau beri kami segala yang kami butuhkan
Segala Nikmat, Engkau peruntukkan bagi kami
Engkau jadikan pula khilaf sebagai sifat kami
yang menjadikan kami lupa akan semua nikmat dariMu
Atas semua itu...
Ampuni kami ya Allah..
Ampuni khilaf kami...
Dan kini Kau uji kami dengan segala ujian dariMu
Bumi Palestina yang kini terjajah,
Bumi Palestina yang kini dipenuhi dengan darah syuhada
Bumi Palestina yang kini dihuni oleh para calon penghuni surga..
Kalimat cinta yang ingin kami ungkapkan untuk Palestina yang Kau anugerahkan bagi kami...
Dengarlah..
Dengarlah kalimat cinta ini...
Sungguh tidak ada bumi yang lebih kami cintai selain Bumi Palestina,
Maka berikanlah kekuatan baginya Rabb..
Berikanlah kemenangan yang Engkau berkahi bagi Bumi Palestina...
Doa dari kami bagian tubuhmu di Bumi Indonesia


Saturday 3 November 2012

Bahagia Itu.......

Sebagian orang mungkin sering mempertanyakan apa makna bahagia itu,. atau sekedar mengatakan "aku bahagia" atau seringkali mereka yg dilanda kesulitan hidup mengatakan "sedikitpun aku tak pernah merasakan bahagia!" atau bahkan orang yg di rundung masalah atau kesedihan sering mempertanyakan "kenapa aku tak pernah bahagia?"... Heyy... Hallow.. masih bisa mengedipkan mata? masih bisa melihat dunia? kalau begitu apa yg membuat kalian bicara seolah kalian tak lagi bisa mengedipkan mata, tak lagi bisa melihat indahnya dunia, tak lagi bisa merasakan indahnya dekat bersamanNya? Terkadang kita perlu mengatakan pada diri sendiri jangan lebay deh.. jangan alay dan jangan terlalu mendramatisir sesuatu yang terjadi dalam hidup lo.. kalau kata abang saya, "Dunia ini begitu luas, Jelajahi semuanya.." lah wong baru satu pulau aja yang di jelajahi udah keok kayak gitu. Guys, bahagia itu simple sekali, jika kita pandai memaknai segala yang ada dan yang terjadi di bumi Allah maupun pada diri kita dan sekitar kita, karena bahagia itu dekat, bahagia itu mudah, dan bahagia itu sederhana. Sesederhana kita mengatakannya, sedekat kita bisa merasakannya dan  semudah kita bisa menemuinya.. Tapi terkadang kita terlalu pandai atau sok pandai mengatakan bahwa bahagia itu sulit, bahagia itu mahal. Padahal kita jg belum tau makna dari bahagia itu sendiri,.
Sekali lagi guys, bahagia itu dekat, jika kita mampu melihatnya lebih dekat.. gak percaya? Coba deh berdiri di depan cermin, dan lihatlah dirimu, seberapa sempurna Allah menciptakan fisikmu, seberapa menawannya Allah menciptakan rupamu. Jika masih merasa bahagia itu jauh, lihatlah sekali lagi, perhatikan baik-baik dirimu dihadapan cermin, tersenyumlah, dan berkatalah "Allah.. aku bersyukur atas KaruniaMu. Karena bahagia itu perlu rasa syukur.. Merasa bahagia itu sulit? Pernahkah kita coba meresapi seberapa sulit kita mengedipkan mata? seberapa sulit kita membolak - balik telapak tangan? dan seberapa sulit kita melangkah? mungkin semua itu akan terasa sulit bagi orang yang (maaf) cacat. karena mereka memang memiliki kekurangan secara fisik, tapi jangan salah diluar sana banyak sekali orang yang cacat fisik namun mampu meraih sukses. Lalu bagaimana dengan kita? bagaimana dengan kita yang dikaruniai fisik yang sempurna, sudahkah kita mensyukurinya? Dan sekali lagi, karena bahagia itu perlu adanya rasa syukur. Lalu siapa yang masih menganggap bahagia itu sulit? Life must go on guys.. sesulit apapun masalah yg kamu hadapi yakinlah bahagia itu mudah, semudah kita mengatakannya. Coba deh sedikit tersenyum pada orang lain yang kamu temui, apa yang kamu rasakan? pasti ada sesuatu yang membuat dirimu merasa puas karena telah melakukan satu kebaikan yang sangat mudah, atau cukup dengan mengatakan "maaf" atau "terimakasih" hmm bagi penulis, cara-cara itu sangat memberi pengaruh positif setiap kali dilakukan, seolah energi positif dalam diri kembali terisi penuh, dan impact dari itu tentunya rasa bahagia.. :) jika sebelumnya bahagia perlu adanya rasa syukur maka pada pembahasan kali ini yang diperlukan untuk bisa bahagia adalah rasa ikhlas.
Jika kita sering mendengar orang berkata atau sekedar bergurau pada temannya dan mengatakan "masa kecil kurang bahagia", itulah sederhananya bahagia, sesederhana kita merasakannya saat kita masih kecil. Masih sama seperti itu. bermain tanpa beban, berkata tanpa beban, dan bertindak juga tanpa beban, dan saat itu kita bahagia, bahagia walau seluruh tubuh kita dipenuhi lumpur, bahagia meski wajah bersimbah keringat karena lelah bermain, tapi kita bahagia... Lalu bagaimana? Simple kan bahagia itu? Karena bahagia tidak perlu pengorbanan, tidak perlu uang dan tidak kenal waktu. Bahagia hanya butuh rasa syukur, ikhlas, dan tindakan yang bisa membuat dirimu, keluargamu, sahabatmu dan orang-orang sekitarmu bisa merasakannya,.
Karena Bahagia itu.... Mudah.. Bahagia itu.... Dekat... Dan Bahagia itu Sederhana... ^_^

Thursday 4 October 2012

Kemana Ia Pergi...

Senyum itu kini tak se-ceria dulu lagi..
Senyum itu kini tak se-murah dulu lagi..
Senyum itu kini tak se-indah dulu lagi..

Kemana senyum itu pergi..
Senyum yang selalu merekah memberikan keteduhan bagi orang disekitarnya..
Kemana senyum itu pergi..
Senyum yang selalu menumbuhkan ghiroh tuk menggapai CintaNya..
Kemana senyum itu pergi..
Senyum tulus yang mendamaikan hati sang pemiliknya..
Kemana senyum itu pergi..
Senyum indah yang selalu menghadirkan keceriaan di wajah pemiliknya..
Kemana senyum itu pergi..
Senyum yang selalu menghantarkan kebaikan bagi wajah sang pemilik senyum..

Kemana ia pergi..
Hingga kini belum juga ia kembali..
Belum juga kutemui senyum itu..
Kemana ia pergi, aku tak tau..

Sungguh aku rindu senyum itu,
Berharap ia segera kembali..
Kembali merekah menghadirkan keceriaan..
Kembali hadir menumbuhkan ghiroh juang..
Kembali menghiasi wajah lelah ini..

Tuesday 4 September 2012

Milad, Ajang Muhasabah...

Bismillah,,
Hari ini genap sudah usiaku di seperempat abad, usia yg aku fikir cukup dewasa dalam menyikapi hidup, karena dewasa adalah sebuah pilihan. Milad atau Ultah, biasanya identik dengan pesta, kejutan, sukaria, pokoknya have fun. Tapi bagiku, Milad adalah sebuah ajang untuk bermuhasabah/introspeksi diri, ajang dimana kita me-review kembali perjalanan hidup kita selama setahun ini, apa saja yg sudah kita lakukan kurang lebih 360 hari kita diberi waktu untuk melaksanakan kewajiban sebagai hambaNya, sudah lebih baik kah kita dari tahun sebelumnya? sudah cukupkah amalan kita untuk kita bawa ketika Allah telah memanggil kita? cukupkah amalan kita untuk kita tukarkan dengan tiket masuk ke SyurgaNya?
Rabb... Jika aku me-review kembali, sungguh diriku telah banyak melakukan kesalahan dan kekhilafan, banyak membuang waktu, yang ketika waktu itu habis baru akau sadar bahwa aku kehilangan kesempatan untuk menambah saldo amalku. dan penyesalan itu selalu saja hadir di akhir waktu. Ketika menyadari semuanya, maka hanya Engkaulah tempatku memohon ampun, tetapi tidak jarang aku mengulangi kesalahan lagi dan lagi. tetapi lagi-lagi Engkau yang Maha Pengampun memberikan ampunan kepada ku, tetap memberikan kasih sayang dan cinta kepadaku, yang semua itu tidak pernah aku sadari betapa besar cintaMu untuk ku, yang Engkau berikan melalui keluarga dan sahabat2ku. Juga karunia iman dan islam yang selama ini menjadi penguatku dalam menghadapi kesulitan,
Usia 24th bukanlah usia yang mudah untuk aku lewati, penuh banyak ujian untuk sampai di penghujung usia ini, ujian yang sangat jauh berbeda saat kita akan menghadapi ujian kelulusan untuk mendapatkan gelar sarjana. Ujian dariMu adalah ujian untuk mendapatkan gelar "hamba mulia dihadapan Allah". seberapa pantas hambaNya untuk mendapat gelar itu. maka Allah pun memberikan ujian kepada hambaNya yg Dia kehendaki, hamba pilihan Allah, pilihan Allah untuk menjadi calon hamba mulia di hadapanNya. Maka bersyukurlah jika Allah mengujimu, karena Allah masih peduli padamu dan ingin menjadikanmu manusia yang  lebih baik. bukankah Alqur'an mengatakan dalam QS. Al Ankabut:2 "Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "kami telah beriman", sedang mereka tidak di uji lagi?" 
Terlepas dari semua ujian itu, usia 24th yg hampir habis ini, ada sebuah kenikmatan yg aku dapatkan di usia ini, selain nikmat ujian hidup dari Allah yg menjadikanku lebih dewasa dan lebih berserah diri, ada sebuah kenikmatan yg aku rasakan di usia ini, kenikmatan untuk bisa kembali mencicipi manisnya jalan dakwah, jalannya orang-orang yang Engkau janjikan syurga, merasakan kembali nikmat ukhuwah itu, yg itu pun merupakan ujian bagiku, apakah aku bisa tetap istiqomah di jalan ini, atau tenggelam bersama orang2 yg tidak mampu menghadapi ombak. karena ujian bukan saja tentang kesulitan melainkan kesenangan hidup yang terkadang manusia lupa untuk bersyukur. 
Rabbi.. tidak ada kata terlambat bagi hamba yg ingin bertaubat, ampuni lah segala khilaf hamba ya Allah.. sesungguhnya hamba adalah manusia yg lemah dihadapanMu tetapi jangan engkau perlihatkan kelemahan itu pada hamba Mu yg lain. Jadikan lah aku orang yang senantiasa bersyukur atas nikmatMu, orang yg senantiasa mengandalkan iman, ilmu dan islam dalam menghadapi berbagai hal..
Rabb.. Jika aku boleh meminta hadiah dariMu di hari ulangtahunku, hadiahilah aku dengan sebuah keputusanMu yang bisa membuatku tersenyum bahagia dan mensyukurinya,. hadiah yg membuatku bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.

hijri sy

Sunday 12 August 2012

Ramadhan-ku penuh warna

Rasa syukur tak terhingga ketika Ramadhan kembali menyapa, kesempatan kembali Allah berikan untuk umat Muhammad saw, bahagia karena tak satupun agama kecuali Islam yg memberikan kesempatan hidup selama 1000 bulan setiap tahunnya. Semua orang tak ingin menyiakan kesempatan itu, bagi orang yg faham akan istimewanya bulan ini tak akan terlewatkan satu detikpun untuk melakukan hal positif yg bisa menambah saldo pahalanya. shalat di awal waktu, dhuha, tilawah, Qiyamul lail, dan doa senantiasa dilakukan. Rumah rumah Allah dipenuhi dengan jamaah untuk bersama-sama melaksanakan shalat, Alqur'an kembali tersentuh, lidah yg senantiasa bertabih, tangan yg ringan untuk memberi, tak ketinggalan para pedagang pun di hujani rejeki. Maka tak salah jika kita menyebut "Ramadhan penuh berkah" karena hanya keberkahan yg ada didalamnya..
Dan kini, 20 hari sudah ramadhan berlalu, apa yg sudah kita perbuat? sibuk kah kita dengan target-target ramadhan kita? sudah berapa kali kita khatam al-qur'an? adakah kita lewatkan malam tanpa qiyamul lail? berapa banyak kita bersedekah setiap harinya? sudahkah kita membantu fakir miskin?. Jika sudah, semoga kita termasuk orang-orang yg sukses dalam Ramadhan, tetapi jika belum masih ada kesempatan untuk melakukannya, Allah masih membuka pintu rahmatNya bagi siapa saja yg mau melaksanakan perintahNya menjauhi laranganNya. Dan janji Allah itu pasti.
Ramadhan kali ini bagiku penuh warna, banyak hal yg telah Allah anugerahkan kepadaku, mempunyai saudara2 dalam sebuah lingkaran tarbiyah merupakan satu hal yg paling aku syukuri, kebersamaan dengan keluarga dan keharmonisan dalam Ramadhan kembali bisa kurasakan. Memiliki target2 ibadah menjadi sebuah tantangan bagiku untuk meraih CintaNya.
Ramadhanku penuh warna.. yah warna-warna cinta Ilahi telah mewarnai ramadhanku kali ini,.
bagaimana tidak, Allah memberikan sebuah "keluarga baru" dalam hidupku, lingkaran tarbiyah itu. Allah juga menganugerahkan wajah-wajah polos untuk diajarkan tentang islam, sehingga berbagai agenda positif itu membuatku semakin haus akan amanah.
Ramadhanku penuh warna.. permasalahan hidup selalu lah ada turut mewarnai hidupku, tapi semua terasa indah ketika sebuah keyakinanku pada sang Rabb bahwa Dia selalu memberikan yg terbaik dalam hidupku.
Namun satu yg kunanti, agar ramadhan kali ini benar2 penuh warna, sebuah warna yg bisa melukiskan senyum dibibirku juga senyum di wajah sepasang bidadari ku...
10 ramadhan terakhir ini, mari kita manfaatkan sisa-sisa Ramadhan, karena kita tak pernah tau kapan kontrak kita habis untuk ada di dunia ini, perbanyak ibadah, dan melakukan hal positif, perbanyak doa, dan jangan lewatkan setiap waktu2 mustajab, karena Allah pasti akan mengabulkan.
Keep chayoo ukht, Allah will give the best for you.. ^__^

Tuesday 24 July 2012

Lalu Aku, Siapa yang Perhatikan?

Dakwatuna.com - Roda arus kepemimpinan terus berputar, berirama. Roda ini pula yang entah sengaja atau tidak mengantarkanku pada terminal sepi ini. Menanti. Aku dan beberapa penumpang lainnya celingak celinguk, Bus mana yg akan mengangkut kami? Siapa yang akan menyetir perjalanan kami? Kemana kami akan dibawa pergi? Dengantertatih dan mencoba memberanikan diri, kami susuri jalan. Bus tumpangan tak kunjung datang. Takut-takut kami melangkah, takut salah. Hingga kami sampai ke suatu tempat, masih linglung. Benarkah jalan yang kami ambil tadi? inikah memang tempat tujuan kami? Tak satupun yang bisa menjawab, 'ya, mungkin', 'eh tapi sepertinya bukan'. Tidak ada kepastian. Hingga kami putuskan untuk tetap berjalan, berharap ada cahaya disana. Tak jarang kami terpeleset, terjerembab, dan sering pula kami terperangkap dalam satu jebakan yang indah luarnya. Tapi kami seolah tidak punya pilihan. Terus berjalan sambil menyemangati diri berucap lirih, harapan itu masih ada. 
Sekelumit kisah tadi menggambarkan kondisiku hari ini.
Ingin rasanya aku kembali ke masa lalu. Saat dimana aku mendapat perhatian penuh. Hingga tak jarang aku yang sedikit nakal menghindar dari tatapan sayang, rangkulan manja. Kini aku tidak berani menanti. Bayangkan, menantipun aku tidak berani lagi. Menanti hal seperti itu bakal hadir kembali dalam perjalanan dakwah ini rasanya hanya satu kemustahilan. Aku berjalan bersama satu dua orang dengan amanah dipundak. Berat. Untuk sedikit tertawa saja rasanya tidaka ada waktu yang tepat. Saat ingin bersenang-senang sebuah pesan singkat dan tidak jarang panggilan telpon mengusikku. Bolehkah aku istirahat sebentar?
Aku harus memperhatikan adik-adik, membimbing, dan parahnya aku harus bisa menjadi teladan. Apa yang harus aku turunkan pada mereka, haaah?
Jika ditanya aku tidak jauh lebih pintar dari mereka. Akupun merasa tidak dibelajarkan penuh dahulunya, dan sekarang ingin mengajarkan? Bagaimana? haaah, akupun yakin adik-adik pun mengetahui kelemahan dan keterbatasanaku ini. Bisa jadi bertanya padaku hanyalah ingin menjaga perasaanku sebagai senior untuk menanyakan sedikit pendapat, tidak lebih.
Aku menjalani profesiku ini dengan tertekan, ada yang peduli? Tugas kuliah sudah tidak terkondisikan, teman-teman sekelas mulai tidak paham dengan alur pikiranku yang bercabang-cabang, hak mata dan tubuh mulai tak terpenuhi, dan aku nyaris tak mengenali diriku sendiri. Haruskah aku bertahan dengan topeng ini? Atas semua kejadian ini? Ada yang bertanggung jawab?
Yang lain butuh perhatianku. Lalu aku? siapa yang Perhatikan?
Baik, salahkan aku yang tidak belajar maksimal kala itu, tapi hanya salahku?
Dimana qiyadah-qiyadah yang memberiku amanah ini? Ya, walau katanya amanah ini dari Allah namun kan mereka harus bertanggung jawab. Aku tidak merasakan pembelajaran dari mereka. Mereka pikir aku paham menjalankan ini semua? Hei, aku tidak secerdas yang kalian bayangkan. Aku dengan senyum yang sering kuuntai hanya mencoba menghibur diri sendiri, tidak lebih. Beban ini berat, aku tidak sanggup. Dan aku pun tidak pernah di gembleng tuk di arahkan menerima amanah ini. Lalu aku bergerak hari ini dengan bahan bakar yang pas-pasan, salah siapa?
Kalian tau, aku sering kali takut melangkah. Masih sering aku bertanya, memang beginikah yang ada dalam sistem? atau kah aku yang sudah merusak sistem yang ada? Saat aku tanyakan pada kalian, yang aku terima hanya anggukan dan jawaban singkat. Tidak adakah segelas air yang bisa kalian bagi untukku yang haus? Haus sekali, dan lapar. Ataukah kalian juga belum paham sistem dalam dakwah ini?
namu saat kutanyakan pada qiyadah yang lain, aku tidak diizinkan berbuat. Ada banyak sekali peraturan-peraturan yang diberikan hingga aku semakin enggan untuk melangkah, apalagi berlari. Hingga aku berjalan di tempat menunggu bola datang. Pasrah.
Dimana pula murobbiku? Mereka bilang murobbi adalah guru, sahabat, abang/kakak, dan bisa jadi seperti orang tua. Aku tidak yakin bahwa kalian sudah merasakan hal itu. Bisa jadi itu hanya pemanis dibibir saja agar aku terus bertahan disini. Mereka bilang murobbi tempat curhat, apa? Aku tidak punya kesempatan untuk sedikit bercerita. Semua kami seolah diburu padatnya agenda sebelum dan sesudah halaqah. Ya, aku dan teman-teman sering terlambat kuakui. Tapi setelah itu? Berjalan datar. Tidak ada yang special. Murobbi pun tampaknya sangat sibuk. Kembali aku harus menelan ludah. Pahit. Kuurungkan niat untuk sedikit berbagi cerita, tentang ibu yang sakit. Tidak ada khabar. Seolah halaqah hanya agenda rutin yang tak bermakna. Aku harus mengalah, yah murobbiku sibuk.
Diman teman-teman yang dahulu berikrar setia dalam suka dan duka? mereka sibuk denga nurusan masing-masing dan aku tertinggal jauh dibelakang untuk urusan yang itu. Lagi-lagi, aku mengalah. Pertanyaan-pertanyaan kabar yang kuterima lewat HP seolah tidak punya ruh. Akupun tidak berniat unuk membalas. Hingga taujih-taujih yang menghiasi inbox tak mampu mengusir kekesalanku. Aku ingin kalian ada disampingku, hanya itu. Tidak pahamkah kalian perasaan ini? aku ingin kita sama-sama membuat keputusan-keputusan ini. Tidakkah kalian tau bagaimana keterbatasan pemikiranku? Aku tak secerdas kalian. Banyak keputusan yang salah yang kuperbuat. Inginkah kalian aku terjatuh ke jurang ini terus? Aku melihat kalian sangat kritis, lha aku?
Lalu, siapa yang perhatikan aku?
Sejenak aku terdiam. Aku bahkan lupa kapan terakhir tilawah 2 juz ku perhari dan kapan sujud raka'at ke 8 shalat malamku.

Saturday 2 June 2012

Surat Cinta Dari Murobiyahku

"Cinta kepada sesama dalam Islam adalah perasaan yang memancar karena adanya ketakwaan dan bermuara kepada pengendalian yang kokoh dengan taliNya (i 'tisham bi hablillah). Maka cinta seperti itu hanya akan tumbuh dengan subur dalam ikatan mulia yang bernama Ukhuwah (Persaudaraan) Islamiyah. Ikatan tersebut merupakan tujuan suci, cahaya Rabbaniyah sekaligus merupakan nikmat Ilahiyah. Oleh sebab itu Allah hanya akan menuangkan cahaya dan nikmat pada hati dari setiap hambaNya yang mukhlis (ikhlas), mensucikan dan melindungi diri-mereka dengan akhlaq yang terpuji"
Dipersaudararakan denganmu adalah anugerah bagiku, karena itu adalah bukti kasih sayang Sang Rabb pada kita. Saudariku de' Hijri terimakasih untuk semua ketulusan kasih sayangmu kepadaku dari awal kita bertemu hingga kini dan maafkanku atas khilaf serta salah dari lisan atau sikapku yang membuatmu tak berkenan selama ini. Maafkanku juga karena belum bisa memberikan yang terbaik sebagai saudaramu, juga dalam membersamai untuk merengkuh cinta Ilahi di forum liqo kita, maafkanku atas semua keterbatasanku. Semoga Allah SWT mengampuniku atas itu semua dan semoga tetap meridhoi forum liqo kita selama ini, Amin..
Insya Allah selalu kuingat dirimu yang shalihat, cantik, manis, baik hati dan selalu perhatian padaku, menguatkanku di kalaku lemah, menyemangatiku dikalaku sedih, seperti kutemukan 1/4 jiwaku pada dirimu de (dikit aja yah, hehehe) dan dirimu yang gampang ngambek dan cemburuan (wkwkw). Teruslah kepakkan sayapmu menjadi muslimah yang kuat de, terhadap apapun skenario Sang Rabb, teruslah menjadi penerang bagi orang-orang disekitarmu yang kau sayangi, bermaslahatlah untuk umat, dan selalu pegang teguh khusnudzhan pada Sang Rabb bahwa Ia memberikan yang terbaik untuk ikhtiar hidup kita. Doaku agar Allah memberikanmu jalan rezeki yang barakah, disegerakan jodohmu yang memperantaraimu mendapat kebahagiaan dunia akhirat nantinya, Amin..
Semoga Allah SWT selalu mempertautkan hatiku dan hatimu meski kita telah tepisah ruang dan waktu. Melalui do'a rabithah, kita hadirkan wajah satu sama lain agar ikatan ukhuwah kita tetap tumbuh di hati. Ana uhibbuki fillah ukhti.
"Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati hati ini telah berkumpul atas dasar kecintaan padaMu, bersua atas dasar ketaatan padaMu, bersatu dalam rangka menyeru di jalanMu, dan berjanji setia untuk membela syari'atMu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya Ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah jalan-jalannya dan penuhilah ia dengan cahayaMu yang tidak akan pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman, dan keindahan tawakkal KepadaMu, hidupkanlah ia dengan pengenalan PadaMu, dan matikanlah ia dalam keadaan syahid di JalanMu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong"

Monday 26 March 2012

Lalu Siapa ?

Wisata Religi @Masjid At-takwa
Dakwatuna.com --- Kalau bukan karena Allah lalu siapa yg bisa menjamin jiwa ini masih hidup senantiasa. Juga nyawa ini masih lapang dalam melangkah. Kalau bukan karena Allah, Lalu siapa?
Kalau bukan karena Allah, lalu siapa yang bisa memberi nafas dalam kesegaran, juga memberi nikmat yang tak berpenghabisan. Hingga kita pun tenang tanpa berkekurangan satu apapun. kalau bukan karena Allah, Lalu siapa?
Kalau bukan karena Allah, lalu siapa yang akan menutup aib-aib kita. Siapa yang mampu menyimpan segala dosa-dosa yang menggunung didalam diri. Siapa lagi yang mampu menjaganya selain Allah? Kalau saja Dia tak melakukannya, pantaskah kita menghadapkan muka kita dikerumunan orang? Sedangkan kitapun malu akan banyaknya dosa, ribuan lalai hingga kotornya diri dalam keterpurukan Iman. Kitapun tak punya alasan untuk menenangkan hati dan jiwa, karena memang ia telah hitam pekat tak terkira. Kalau bukan Allah yang menutupinya, Lalu siapa?
Kalau bukan karena Allah, lalu siapa yang mampu menghentikan duka dalam hidup kita. Menghapuskan lara yang sering sekali kita keluhkan di hadapanNya. Kalau bukan karena Allah, Lalu siapa? Siapa lagi yang memberi kita kesempatan untuk memperbaiki yang salah. Siapa lagi yang mampu memberi kita ruang untuk berfikir dan merenung atas segala khilaf kita selain Allah. Siapa lagi saudaraku? Siapa lagi, selain Allah?
Lalu... Jika semua ini karena kasih dan sayangNya yang berlimpah. Pantaskah kita lalai dalam mengabdi? pantaskah kita merasa kurang dalam rezeki? atau pantaskah kita merasa sempit sedangkan Allah telah memberi segalanya?
Jika memang kita merasa pantas karena telah mensyukuriNya. Mari kita hitung apa-apa yang ada di dalam diri kita.
Pantaskah kita disebut takwa, sedangkan seharian waktu kita hanya menghadirkan Allah dalam segelintiran waktu yang begitu cepat terasa?
Pantaskah diri kita disebut beriman, sedangkan kokohnya janji dalam syahadat kita tidak pernah terealisasi dalam langkah yang nyata lagi purna? Betapa masih banyak keluh juga rasa malas untuk tiap langkah ibadah dalam mengingatNya, betapa masih banyak sisa-sisa tenaga kita yang kita gunakan untuk meraih penggal takwa yang entah bisa dirasa didalam diri atau tidak. Kita bukan hanya kurang, tapi belum berbuat apa-apa.
Lantas dimana posisi kita, dimana saudaraku?

Thursday 15 March 2012

Untuk Hamba yang Mulai Alpa

Ketika dhuha tak lagi menjadi rutin mengawali hari,
Ketika 5 waktu tak lagi di awal waktu,
Ketika lantunan Al-Qur'an tak lagi dirindukan,
Ketika terlelap dalam malam telah menjadi pilihan dari pada bangkit membasuh tubuh tuk bersimpuh menghadapNya,
Ketika langkah mulai terasa berat menghadiri majelis-majelis,
Ketika nafsu lebih berkuasa dari pada berpuasa,
Ketika silaturrahim tak lagi terjalin,
Dan ketika ukhuwah tak lagi mengikat

Disini, 
di atas sajadah ini,
aku bersimpuh memohon ampun,
Atas kealpaan yg tak terkendali,
Atas kuasa nafsu yg menguasai diri,
Atas lisan yg tak lagi bertasbih,
Atas langkah yg mulai letih,
Atas tingkah yg tak lagi Islami,

Dan Kini,
Saksikanlah aku kembali.
Kembali ke hadapanMu memohon belas kasih
Berharap cinta dan ampunan
Berharap petunjuk dan bimbingan

Masihkah ada Ya Rabb?
Adakah sisa cintaMu untuk hamba yang hina ini?
Masih adakah ampunan untuk hamba yg penuh Dosa?
Masih adakah harap untuk bisa berkumpul dengan hambaMu yg sholeh 
yang menyejukkan jika berada disekitar mereka?
Masih adakah sedikit tempat untukku di surgaMu?

Sungguh Engkau Maha Pengampun,
Teringat atas ceramah di majelis yg mengatakan
"Jika aku berjalan maka Kau akan berlari menghampiriku"
Masih berlakukah itu untukku Ya Rabb?

Sungguh jika saat ini Engkau masih memberikan Cinta untukku,
Maka rela lah diri ini untuk kau hentikan nafasnya,
Agar tak ada lagi noda yang mengotori, 
Tak ada lagi Dosa yg memenuhi,

Sungguh hanya Kau kini yg aku rindu,
Terimalah taubat dan rinduku Ya Rabb...

Wednesday 22 February 2012

Seteguk Nikmat Ukhuwah...

Nikmat Perjalanan Ukhuwah
"Engkau jiwa yang baik yang sedang bersedih, tetapi tetap setia memikirkan hanya yang baik dan melakukan hanya yang baik. Apalagi rencana Allah SWT selain ingin memuliakanmu?.."
Sebait kata penyemangat untukmu saat itu yang sedang ingin sendiri dan hanya ingin denganNya. Belum hilang dari ingatanku kata-kata dalam pesan singkatmu, bahwa kau ingin bermuhasabah, yang aku fikir kata-kata itu memberitahuku bahwasanya dirimu tak ingin di ganggu dan yang aku tau saat itu kau hanya ingin bersamaNya.
Entah problem apa yang sedang kau hadapi kala itu, hingga isi pesan singkatmu sedikit membuatku terkejut, tapi aku cukup mengerti kondisimu yang mengharuskanku kembali menyimpan kerinduan ini karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk bisa bersamamu diluar waktu liqo, padahal banyak hal yang ingin aku diskusikan bersamamu, diam-diam aku masih ingin mencuri ilmu mu, tapi lagi-lagi aku harus menyimpan semuanya, dan harus menunggu hingga kau kembali mau berbagi denganku. 
Lalu selang beberapa jam kemudian, kau kembali mengirimiku pesan singkat yang isinya kembali membuatku terkejut dan saat itu aku merasa mundur ke beberapa tahun sebelumnya, dimana dirinya meninggalkanku.
"De, Insya Allah mba akan membersamai liqo kalian 1 bulan lagi..... " Rasa kaget yang belum hilang setelah membaca pesan singkat yang pertama tadi kini kau kembali mengirimkan pesan singkat yang berisi seperti itu. Sejujurnya aku masih ingin bersamamu, masih ingin merajut cinta dalam dakwah, meski sampai saat ini belum ada sumbangsih apa-apa yg bisa aku berikan di jalan cinta para pejuang ini, masih ingin berbagi denganmu, belajar mencintai alam dengan berbagai aktifitas bersamamu juga bersama teman-teman. Usia kebersamaan kita belumlah cukup untuk bisa menjadikan diriku pribadi yang kuat. Baru seteguk nikmat ukhuwa itu bisa aku rasakan lagi, kini kembali aku harus merasa kehausan tanpamu. meski aku tau akan ada pengganti dirimu, tapi apakah sama seperti saat kau membersamai kami?
Aku tau, ini adalah proses pendewasaan diri karena yang namanya pertemua dan perpisahan cepat atau pun lambat akan menghampiri setiap insan. Kesiapan untuk ditinggal olehmu, itulah yang aku butuhkan dan itulah yang sedang aku usahakan saat ini, pesan singkatmu itu hanya aku jawab dengan kata-kata yang menurutku tidak membuatmu merasa terbebani. Berpura-pura siap untuk ditinggal olehmu meski diri ini berontak ingin mengatakan "please don't go anywhere, please stay in here with me and help me to keep my iman" tapi kata-kata itu hanya mampu terucap dibalik bibir ini, sembari berusaha untuk tetap tegar di hadapanmu agar kau merasa lebih baik. Ingin rasanya kondisi ini cepat berlalu agar bisa kembali melukiskan cerita cinta tentang kita di lembaran kisah bersamamu yang tak kan pernah usang meski zaman telah berganti. "Cepatlah pulih dari problematikamu mba..." itulah yang aku ucapkan ketika kerinduan ini kembali membuncah...
Dan kini... 
Aku masih disini....
Menantimu....
Menantimu dengan senyum khas-mu...
Menantimu dengan sapaan hangat yang selalu menyapa hingga sapaannya sampai ke hati...
Menantimu dengan ghiroh juangmu menyambut hari...
Kapankah kau datang?
Kapankah aku bisa menyambutmu bersama dengan segala penantianku...
Sesungguhnya aku sangat merindukanmu,,
Wahai sosok teduh hati ku.... 


Hijri Sy


Thursday 2 February 2012

Mari Berhenti Sejenak

Moment Berhenti Sejenak
dakwatuna.com - Suatu pekerjaan, sekecil apapun itu, manakala dikerjakan dalam sebuah ritme rutinitas maka akan memungkinkan munculnya kejenuhan. Ya, jenuh. Jenuh adalah sebuah rasa yang fitrah menghinggapi hati kita manuasia. Allah tidak mungkin begitu saja menciptakan dan meniupkan rasa itu pada diri kita tanpa sebuah tujuan. 
Adakah manfaat dari sebuah erasaan jenuh?
Mari sejenak telusuri hati kita. Sapalah ia, tanyakan bagaiman kondisinya. Mungkin kini ia tengah mengalami kejenuhan. Mungkin bara semangatnya tengah meredup dan kian meredup dari hari ke harinya. Tanyakan padanya, apa yang ia inginkan dari kita? Mungkin kita telah membengkalaikan haknya sebagai hati yang memerlukan sentuhan pula. Mungkin selama ini kita jarang menyelaminya, memahami dan memenuhi haknya secara layak. Kita teramat sibuknya dengan aktifitas dan rutinitas fisik hingga kan lupa pada hati kita yang bisa jua jenuh dan sakit.
Jenuh dan bosan adalah rekan yang saat menyapa hati, akan kita usahakan untuk mereduksinya, bahkan mengusirnya jauh-jauh. Tapi, justru disitulah manfaat yang muncul darinya. Kejenuhan mendorong kita untuk berhenti sejenak. Berhenti sejenak, kata Anis Matta dalam bukunya Menikmati Demokrasi (2010) adalah suatu keniscayaan siapa saja, termasuk para pelaku dakwah, bisnis, pemerintah, dll.
Berhenti sejenak memberikan kita space waktu untuk mengatur ulang segala sesuatunya. Berhenti sejenak memberikan kita ruang untuk memperbarui dan mempertajam orientasi kita; melakukan penyelarasan, penyeimbangan, dan merecharge kembali energi hati kita. Supaya apa? Semua itu dimaksudkan untuk menguatkan kembali hati yang mengendor. Merekatkan kembali hati yang sempat terpecah. Agar kita yang baru lahir ke dunia. Diri yang penuh ghirah yang membara. Diri yang segar dan siap menghadapi tantangan yang jauh lebih besar.
Sungguh selayaknya kita bersyukur telah diberikan rasa jenuh dihati ini.
Maka, apapun aktivitasmu, manakala kejenuhan mendera, berhentilah barang sejenak. Rasul dan sahabat pun berhenti sejenak dalam rotasi kehidupan mereka. Berhenti mereka itu dinamakan majelis iman. "Duduklah bersama kami, biar kita beriman sejenak.
Berhenti sejenak dibutuhkan pada tataran individu dan jamaah. Individu, dengan penghentian sejenaknya akan merenungi, menghayati dan menyelami telaga akal untuk menemukan gagasan baru yang kreatif dan lebih matang. Nah, dari penghentian individu ini akan muncul semangat yang selanjutnya ditularkan ke dalam majelis iman jamaah dan menjadikannya sebagai semangat kolektif. 
Perlu kita garis bawahi, berhenti sejenak berbeda dengan diam. Diam adalah aktivitas pasif tak menentu. Sedangkan berhenti sejenak adalah momen rehat sebagai persiapan untuk menghadapi tantangan ke depan yang jauh lebih keras dan curam. Itulah mengapa Rasul menganjurkan I'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan. Dari aktivitas ini kita akan di tuntun untuk lebih menyelami diri dan hati kita. Kita diberi kesempatan untuk menginsafi dan memuhasabahi diri akan semua hal yang telah kita lalui. Kitapun diajak untuk berdialog lebih dekat kepada sang Haq, Allah SWT, Pemilik jiwa dan raga ini.
Betapa luar biasanya Allah. Dari rasa jenuh, Ia tuntun kita untuk mendapatkan momen berhenti sejenak. Yang darinya Allah refreshkan niat, komitmen, motivasi, semangat, dan hakikat orientasi hidup kita. Berhenti sejenak adalah titik tolak, tungku pembakar yang akan menempa dan melahirkan kita yang baru. Kita yang lebih kuat (qowiy) dan semangat.
Selamat berhenti sejenak...



Monday 9 January 2012

Aku Ingin Bertemu Khalifah

Oleh: Saad Saefullah

Balikpapan Senja
Kesederhanaan penampilan Umar bin Khattab sesungguhnya merupakan nasehat dan ajakan berdakwah kepada siapa saja yang melihatnya.
Sepeninggal Rasulullah saw, sebenarnya tidak sedikit sahabat yang cenderung memilih Umar bin Khattab sebagai pengganti. Umar itu berani, gagah perkasa, jujur dan adil.
Bahkan pada waktu tengah dibicarakan siapa yang pantas menjadi pemimpin setelah Nabi wafat, Abu Bakar Ash Shiddiq mendekati Umar dan mengulurkan tangannya seraya berkata, "berikan tanganmu hai sahabatku. Kami akan membaiatmu sebagai pengganti Rasulullah."
Umar menyodorkan tangannya. Tetapi untuk menyanggah. "Tidak," ujarnya, "Akulah yang akan mengambil tanganmu. Sebab engkaulah yang kami baiat."
"Engkau lebih baik dan lebih kuat dariku, Umar."Kilah Abu Bakar.
"Kebaikan dan kekuatanku akan menyertaimu sebagai pemimpin kami,"jawab Umar.
Maka para sahabat pun serempak menyetujui pendapat Umar untuk menahbiskan Abu Bakar selaku khalifah untuk melanjutkan tampuk kepemimpinan Rasulullah saw demi kepentingan umat banyak.
Dan ketika sakit keras menjelang ajalnya, dengan meminta pertimbangan para sahabat yang lain, Abu Bakar menetapkan Umar supaya kelak menggantikan kedudukannya.
Sebenarnya Umar ingin menolak mengingat tanggung jawab seorang pemimpin dianggapnya terlalu berat baginya. Apalagi dalam pandangan Umar, pemimpin suatu kaum, pada hakikatnya pelayan bagi kaum itu sendiri.
Namun lantaran sudah dipilih secara bulat, maka ia tidak bisa lagi mengelak, ia terpaksa menerima keputusan itu.
Satu tahun setelah kepemimpinannya, seorang pedagang Yahudi dari Mesir datang ke Madinah. Ia ingin menemui khalifah Umar. Namun ia sungguh belum tahu, yang mana Umar bin Khattab, kepala pemerintahan negeri Islam yang wilayahnya makin meluas itu. Kepad seseorang yang ia temui diperjalanan, ia bertanya, "Dimanakah istana raja negeri ini?"
Orang itu menjawab,"Lepas Dhuhur nanti, ia akan berada ditempat istirahatnya di depan masjid. Dekat pohon kurma. Jika kau ingin menemuinya, pergilah ke tempat itu."
Yahudi itu sesungguhnya membayangkan, alangkah indahnya istana khalifah, dihiasi kebun kurma yang rindang, tempat berteduh merintang-rintang waktu.
Maka tatkala tiba dimuka masjid, ia kebingungan. Sebab disitu tidak ada bangunan megah yang mirip istana. Memang ada pohon kurma, tetapi cuma sebatang saja.
Dan dibawahnya, tampak seorang lelaki kekar dengan jumlah yang sudah luntur warnanya tengah tidur-tidur ayam. Yahudi itu mendatanginya dan bertanya, "Maaf, saya ingin berjumpa dengan Umar bin Khattab."
Sambil bangkit dan tersenyum Umar menjawab,"Akulah Umar bin Khattab."
Yahudi itu terbengong-bengong,"Maksud saya Umar yang khalifah, pemimpin negeri ini."
Umar menjelaskan, "Akulah khalifah, pemimpin negeri ini."
Yahudi itu makin kaget. Mulutnya terkatup rapat, tidak bisa bicara. Ia membandingkan dengan para rahib Yahudi yang hidupnya serba gemerlapan dan para raja Israel yang istananya tak kalah agung.
Sungguh tidak masuk akal, kalau ada seorang pemimpin dari suatu negara yang begitu besar, tempat istirahatnya hanya di selembar tikar, dibawah pohon kurma ditengah langit yang terbuka.
"Dimanakah istana Tuan?" Tanya sang Yahudi.
Umar menuding,"Di sudit jalan itu. Bangunan nomor tiga dari yang terakhir, kalau yang kau maksudkan adalah kediamanku."
"Maksud Tuan, yang kecil dan kusam itu?" si Yahudi tambah keheranan.
"Ya. Namun itu bukan istanaku. Sebab istanaku berada dalam hati yang tentram dengan ibadah kepada Allah swt." Sambut Umar sembari tetap tersenyum.
Yahudi itu kian tertunduk. Kedatangannya yang tadinya hendak melampiaskan kemarahan dan tuntutan-tuntutan, berubah menjadi kepasrahan dengan segenap jiwa raga.
Sambil matanya berkaca-kaca ia berkata,"Tuan saksikanlah, sejak hari ini saya meyakini kebenaran agama islam. Izinkan saya memeluk islam sampai mati."
Setelah mengikrarkan syahadat, orang itu akhirnya pergi dengan dadanya dipenuhi suka cita. Umar sendiri terus memperhatikannya dengan baik-baik.Ia memandangi pohon kurma dihadapannya. Ia juga memandangi pakaiannya sendiri.
Baginya, sebagai seorang pemimpin penampilannya harus benar-benar mencerminkan kesederhanaan. Baginya apalah artinya sebuah kekuasaan jika hanya harus menyakiti umatnya yang banyak?.